LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN
Sistem Produksi Penayangan Berita Di
TVRI Jawa Timur
Di
Susun Oleh :
Nama : Pipin
Aquarista
NIM : 201353085
Program Studi : Sistem Informasi
Fakultas : Teknik
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
KUDUS
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
PENGAJUAN JUDUL LAPORAN KKL
Nama : Pipin Aquarista
NIM : 201353085
Bidang Laporan : Sistem Jaringan
Judul
Laporan : Sistem Produksi
Penayangan Berita di TVRI Jawa Timur
Pembimbing : Eko Darmanto, S.Kom., M.Kom
Dilaksanakan : Semester Gasal tahun 2015/2016
Kudus, 05 September 2015
Yang Mengusulkan
Pipin Aquarista
Menyetujui
:
Koordinator KKL Pembimbing
Fajar
Nugraha, S.Kom. M.Kom Eko Darmanto, S.Kom. M.Kom
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KULIAH LAPANGAN
Disusun
sebagai salah satu persyaratan menempuh matakuliah Kuliah Kerja Lapangan
Laporan ini telah disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Ka.
Progdi Sistem Informasi Dosen
Pembimbing
R. Rhoedy Setiawan,
M.Kom Eko
Darmanto, S.Kom. M.Cs
RINGKASAN
Sistem Produksi Penayangan Berita di TVRI Jatim
merupakan pembahasan mengenai proses dari produksi program berita yang ada.
Untuk memproduksi atau membuat program adalah ide & gagasan inilah yang
kemudian melalui produksi.
Proses menyiarkan berita cukup rumit.
Hal ini disebabkan tim yang terlibat cukup banyak. Reporter, juru kamera maupun
juru suara biasnya adalah kerbat kerja yangditugaskan di lapangan untuk meliput
berita. Parakerabat kerja yang telah berhasil meliput suatu peristiwa berbobot
berita di suatu tempat, belumlah selesai, mereka harus bekerja untuk
memprosesnya lagi setelah berada di studio. Reporter adalah seorang prosedur
bagi prosuksi berita yang ia liput, ia jugalah yang bertanggung jawab untuk
memproses hasil liputan tersebut.
Kata
Kunci : Sistem,
Produksi, Berita, TVRI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, dan rahmat
serta hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) dengan judul “Sistem Produksi Berita pada TVRI Jawa Timur”.
Penyusunan
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus.
Dengan Kulaiah Kerja Lapangan ini penulis diharapkan dapat melihat cara kerja
dalam dunia nyata, sehingga dapat membandingkan teori kuliah dengan dunia kerja
yang sesungguhnya.
Dan dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan hingga terselesainya laporan ini, dengan segala kerendahan
hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Suparnyo, SH., MS., selaku Rektor Universitas Muria Kudus.
2. Bapak Rochmad Winarso, ST. MT selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Muria Kudus.
3. Bapak R.Rhoedy Setiawan,M.Kom, selaku Ketua Program
Studi Sistem Informasi S-1 Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus.
4. Bapak Eko Darmanto, S.Kom, M.Kom,
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing
penulis guna menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini.
5. Orang tua, yang selalu memberikan dorongan dan masukan
sertamembantu baik moral maupun materi.
6. Seluruh teman dan sahabat-sahabatku yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis
menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangannya,
karena hanya Allah pemilik segala kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan laporan ini.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Kudus, 10
September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan Jaman kini menghadirkan Televisi
dengan keunikan berbeda dari massa lain, baik elektronik(radio,majalah,koran,
dll), karena selain dapat dilihat, media televisi juga dapat didengar (audio).
Televisi merupakan perpaduan antara tiga komponen yang sering disebut trilogy
televisi, yakni studio televisi, pemancar, dan pesawat penerima. Komponen
tersebut yang membuat media televisi dapat menayangkan informasi dari berbagai
belahan dunia. Media cetak seperti surat kabar dan
majalah, radio dan televise juga termasuk sebagai media elektronik. Kita dapat
mendengar dan melihat informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Setelah
perjalanan panjang, dunia pertelevisian dikenal istilah “jurnalistik televise”.
Dari istilah terebut kemudian muncul berbagai program acara televise, salah
satunya adalah program berita(News). Masih banyak para ahli jurnalistik lain
yang memberikan pengertian tentang berita, namun hampir semua berpendapat bahwa
unsur yang di kandung dalam berita meliputi cakupan dari kedua pendapat diatas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta atau ide
opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting. Dari segi produksi yaitu misalkan
produksi program berita, televise termasuk media komunikasi berita yang
penyampaian informasi berita yang terbilang akurat. Terlihat dari cara
penyampaian berita langsung dari tempat kejadian ataupun berita yang disiarkan
di studio.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat diambil perumusan masalah yaitu
bagaimana penerapan metode penayangan pada TVRI Jawa Timur ?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penyusunan laporan ini difokuskan membahas
tentang sistem produksi penayangan berita di TVRI Jawa Timur.
1.4 Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan laporanKuliah Kerja Lapangan ini adalah :
1.
Mengetahui
sistem dan lingkungan kerja pada TVRI Jawa Timur.
2.
Memberikan
gambaran yang jelas tentang sistem penayangan yang digunakan untuk menyiarkan
berita dari berbagai daerah .
1.5 Manfaat
Penulisan laporan Kuliah Kerja
Lapagan ini mempunyai beberapa manfaat antara lain:
a.
Bagi Penulis
Untuk
menambah pengetahuan dan ketrampilan kerja di lapangan serta dapat
mengembangkan ilmu yang diperoleh, khususnya dibidang telekomunikasi.
b. Bagi
Pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang
teknologi penayangan.
c.
Bagi Universitas Muria Kudus
Sebagai tambahan referensi khususnya bagi mahasiswa
yang akan menyusun laporan Kuliah Kerja Lapangan.
1.6 Tinjauan Pustaka
Menurut Kuswati (2014), memaparkan
bagaimana program Televisi Pendidikan dengan konsep dan tahapan produksi yang
benar mulai dari Perencanaan sampai dengan penayangannya dengan menggunakan
metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dengan narasumber. Program
Director, Technical Director dan Eksekutive Producer Program Pendidikan
Televisi Edukasi. Setelah keseluruhan data diperoleh penulis melakukan
kategorisasi dan menginterpretasikannya, menarik kesimpulan dan saran.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini disusun secara sistematis
kedalam 5 (lima) bab, masing-masing bab akan dijelaskan sebagai berikut:
BAB
I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Batasan Masalah, Tujuan, Manfaat, Tinjuan Pustaka dan Sistematika
Penulisan.
BAB
II DASAR TEORI
Pada bab ini merupakan uraian
singkat dari teori dasar yang dipakai dalam laporan, agar pembaca tidak
mengalami salah tafsir dari istilah-istilah penting yang digunakan dalam
penulisan laporan. Hal-hal yang dimuat biasanya berupa pengertian-pengertian
dan sifat-sifat yang diperlukan untuk pembahasan di bab-bab berikutnya. Apabila
diperlukan, pada bagian ini dimungkinkan memuat hipotesis yang lebih
terfokus/spesifik. Hipotesis (jika ada) memuat pernyataan singkat yang
disimpulkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban
sementara (conjecture) terhadap
masalah yang dihadapi, dan masih harus dibuktikan kebenarannya.
BAB
III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang Gambaran Umum TVRI, Visi
Misi, Program Acara, Struktur Organisasi, job
description, Penghargaan TVRI Jawa Timur, dan Alamat TVRI Jawa Timur.
BAB
IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang analisa sistem produksi penayangan
berita pada TVRI Surabaya.
BAB V
PENUTUP
Bab
ini berisi kesimpulan dan Saran.
DAFTAR
PUSTAKA
Berisi seluruh sumber yang
digunakan dalam pembuatan laporan. Daftar pustaka dapat berupa buku, surat
kabar, majalah, informasi dari situs internet dan lain-lain.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Sistem
Menurut Jogiyanto (2009), Sistem (system)
didefinisikan dengan dua pendekatan, yaitu Pendekatan prosedur dan pendekatan
komponen. Pendekatan prosedur yaitu sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari
prosedur-prosedur penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, pembelian dan
buka besar yang mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan, pendekatan komponen yaitu
sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan
tertentu.
2.2 Pengertian Berita
Menurut Morissan (2008), Berita televisi
adalah laporan terkini tentang fakta atau pendapat yang penting atau menarik
bagi khalayak dan disebarluaskan melalui media televisi.
2.3 Pengertian Produksi
Menurut
Setyobudi (2012), Produksi yaitu
memvisualisasikan konsep naskah atau rundown acara agar dapat dinikmati
pemirsa, dimana pada tahap ini sudah melibatkan bagian lain yang bersifat
teknis (engineering), karena harus memvisualisasikan gagasan atau ide
saat brainstorming maka harus menggunakan peralatan (equipment)
dan operator terhadap peralatan yang dioperasikan.
2.4 Pengertian Berita Langsung
Menurut
Ciptono (2006), Siaran langsung
merupakan suatu proses produksi yang sesuai dengan kenyataan saat itu sehingga
apa yang dilihat di televisi pemirsa merupakan gambaran nyata baik waktu maupun
lokasi. Siaran langsung memiliki risiko kegagalan baik masalah teknis maupun operasional.
Siaran langsung mempunyai slot waktu program yang sulit diprediksi
ketepatan selesainya, sehingga seandainya acara langsung gagal, otomatis
mengganggu runtutan acara berikutnya.
2.5 Pengertian Berita Tidak Langsung
Siaran
tidak langsung adalah terjadi antara pengambilan gambar/liputan dengan
penyiarannya ada tenggang waktu, sehingga ada kesempatan menyiapkan program
lebih baik melalui proses editing.
BAB III
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Sejarah TVRI Jawa Timur
TVRI
Jawa Timur merupakan stasiun televisi pertama di Indonesia yang melakukan
siaran berita maupun hiburan sebelum bermunculan stasiun-stasiun TV swasta.
Pada mulanya TVRI Jawa Timur berdiri dengan adanya stasiun pemancar relay di
Comorosewu dan Surabaya yang telah di resmikan.
TVRI
Stasiun Jawa Timur berdiri pada waktu stasiun pemancar relay di Comorosewu dan
Surabaya diresmikan. Kedua stasiun pemancar relay ini mulai di operasikan pada
bulan Juni dan Juli 1971 dengan merelay sepenuhnya siaran dari Jakarta. Pada
tanggal 3 Maret 1978 TVRI Stasiun Surabayadiresmikan, dan sejak itu TVRI
Stasiun Surabaya memulai siaran secara resmi.
Siaran
pertama Televisi di Indonesia berupa siaran percobaan dilakukan pada tanggal 17
Agustus 1962, dalam bentuk siaran langsung pacara Peringatan Detik-detik
Proklamasi di Istana Merdeka Jakarta. Siaran secara teratur baru dapat
dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan upacara pembukaan
ASIAN GAMES IV.
Oleh
karena itu pada tanggal 24 Agustus 1962
diperingati sebagai hari lahirnya TVRI Stasiun Jawa Timur, tetapi pada zaman
dahulu TVRI Stasiun Jawa Timur lebih dikenal dengan TVRI Surabaya. TVRI
Surabaya berubah sebagai TVRI Jawa Timur karena tuntutan berbagai macam pihak.
TVRI Surabaya di rasa hanya milik orang
Surabaya saja, maka digantilah sebagai TVRI Stasiun Jawa Timur. Pemberian nama
ini bertujuan agar TVRI Stasiun Jawa Timur bukan hanya milik masyarakat
Surabaya saja.
3.2 Visi dan Misi TVRI Jawa Timur
3.2.1 Visi
Terwujudnya
TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan
kehidupan bangsa untuk memperkuat persatuan nasional.
3.2.2 Misi
1.
Membangun TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuandan kesatuan bangsa
sekaligus media kontrol sosial yang dinamis.
2.
Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama.
3.
Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan
yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta
memperhatikan komunitas terabaiakan.
4.
Membudayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan negara
Indonesia di dunia Internasional .
3.3 Program Acara
3.3.1 Berita, Informasi dan Olahraga
Berita, informasi dan olahraga yang
diproduksi oleh TVRI Jawa Timur adalah sebagai berikut :
1.
Jawa Timur dalam
Berita
2.
Jula - Juli
3.
Mata – Mata
4.
Karwo sambang
Deso
5.
Astaga
6.
Track Record
7.
Jatim Sepekan
8.
Pesona Nusantara
9.
Zoom
10.
Laporan Khusus
11.
Plesiran
12.
Pariwisata
13.
Pelangi Desa
14.
Ajang Wadul
15.
Suara Dewan
16.
Pariwisata
Budaya
3.3.2 Non Berita – Hiburan
Non berita – hiburan merupakan program
acara yang diproduksi oleh TVRI Stasiun Jawa Timur yang menarik dan menghibur
pemirsa khususnya Jawa Timur uang disuguhkan dengan kemasan yang cukup menarik.
Program acara yang diproduksi TVRI Stasiun Jawa Timur sebagai berikut :
1.
Pariwisata
2.
Ketoprak
3.
Lenggang Goyang
4.
Gita Nurani
5.
Inovasi
6.
Belajar Baca Al
Qur’an
7.
Icip – Icip
8.
Kabaret
9.
Dialog Kesehatan
10.
Wayang Orang
11.
Wayang Kulit
12.
Fantasi
13.
Lawak
14.
Mujizat
15.
Ananda
16.
Musik Dangdut
17.
A S A L A M
3.4 Struktur Organisasi TVRI Jawa Timur
Adapun Struktur
Organisasi pada stasiun TVRI Jawa Timur ditunjukkan pada Gambar 3.1 sebagai
berikut :
Sumber
: Wahid Jallaludin A (2010)
3.5 Job Description TVRI Jawa Timur
3.5.1 Profesi di Bidang Berita
1.
Prosedur
Produser yaitu pimpinan dari suatu
produksi dan diatas produser ada produser eksekutif (kepala stasiun) dan
produser pelaksana (kepala bidang).
2.
Reporter
Reporter yaitu orang yang bertugas
melakukan liputan kelapangan (hunting
berita ataupun undangan) dan mencatat data-data yag akan dibuat menjadi naskah
suatu berita yang kemudian ditayangkan.
3.
Kameramen
Kameramen yaitu orang yang bertugas
mengoperasikan perangkat alat rekam
seperti kamera untuk didokumentasikan.
4.
Penyiar
Penyiar bertugas sebagai pembaca
berita atau host yang membawakan suatu jenis acara tertentu.
5.
Pengarah acara (Program Director)
1 minggu 1 kali menjadi Program Director. Pengarah acara
bertanggung jawab terhadap siaran. Pengarah acara juga menangani berita harian
dan paket siaran.
6.
Assisten
Pengarah Acara (FD / Floor Director)
Assisten Pengarah Acara (FD)
bertugas membantu tugas dari Program
Director. FD bertugas memberikan kode-kode siaran langsung kepada penyiar (host) sebagi tanda masuk dan keluar
siaran.
7.
Dokumentasi (Teleprompter)
Dokumentasi bertugas menyimpan
data-data seperti kaset rekaman atau video yang diliput. Dokumentasi juga
bertugas mengoperasikan jalannya teks pada komputer yang dihubungkan kepada
monitor penyiar saat sedang terjadinya siaran.
8.
Editor
Editor bertugas mengedit,
memprogram video yang akan ditampilkan.
9.
Redaksi (EIC)
Keredaksian :
a.
Melakukan
penugasan liputan
b.
Melakukan
koreksi naskah (Struktur kalimat penggunaan 5W+1H, keefektifitasan, balance
beritanya)
c.
Dubbing
, yaitu mengedit suara dari video melalui studio dubbing sehingga dapat
dilakukan penyesuaian pada saat berita disiarkan.
d.
Editing
e.
Sinkronisasi
f.
Mengirimkan
berita ke Jakarta (TVRI Nasional)
g.
(A, 2013)Melakukan penyusuan
berita.
10. Komputer
grafik yaitu orang yang bertugas menangani tampilan pada siaran (layout).
11. Keuangan
Seorangkeuangan harus mengerti siklus akuntansimenjalankan prosedur
standar dari siklus akuntansi
tersebut dan memahami sistim keuangan
yang di berlakukan baik itu berupa pengajuan
uang muka, pelaporan dari
penggunaan uang muka maupun penerimaan
dan pengeluaran uang pada rekening bank dan pada kas keuangan. Seorangkeuangan harus dapat mengoperasikan program
aplikasi Word dan Exel pada komputer.
12. Teknik
(Tehnisi)
Posisi ini adalah salah satu posisi
vital. Seorang teknisi harus memahami sistim operasi komputer, kerusakan hardware
dan software. Teknisi di bagian penyiaran harus memahami bagaimana
sistim frekuensi, modulasi, perbaikan peralatan dan mendukung sepenuhnya
jalannya penerbitan dan penyiaran radio dan televisi. Dia harus dapat melakukan
komunikasi dan membangun kontak profesional dengan pihak luar sehubungan dengan
beratnya kerusakan peralatan di lingkungan media.
3.5.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Produksi
1. Produser
Produser
adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap perencanaan suatu acara siaran.
Seorang produser harus mempunyai kepekaan dalam hubungannya dengan kepentingan audience / public, sehingga setiap ide
yang diproduksi dapat mewakili kepentingan penonton.
2.
Director / Program Director
(Pengarah Acara)
Program directoradalah
orang yang mempunyai profesi untuk melaksanakan
ide dari produser menjadi
suatu karya audio visual. Naskah dari
produser harus dapat
diterjemahkan oleh pengarah
acara ke dalam suatu
susunan gambar dan
suara. Pengarah acara
bertugas untuk mengatur dan
mengendalikan produksi suatu
acara siaran hingga
pada penayangannya. Dalam
melaksanakan tugasnya, pengarah
acara bertindak sebagai pimpinan dan panutan dari
seluruh kerabat kerjanya.
3. Technical Director(TD)
Technical
Director adalah
seorang yang bertanggungjawab penuh
dalam mempersiapkan segala peralatan dan tenaga teknik yang diperlukan
dalam setiap produksi acara
siaran televisi. Ia
juga selalu memberikan
saran yang bersifat teknis kepada Program
Director (Pengarah Acara)pada saat pertemuan produksi.
4. Floor
Director(FD)
Floor
Director biasanya dirangkap
oleh Assistant Director yang merupakan wakil
Pengarah Acara di
dalam studio, dimana
FD akan bertindak sebagai
penghubung dalam menyampaikan
pesan-pesan Pengarah Acara kepada
kerabat kerja dan
para artis berupa
tanda-tanda saat akan di mulai dan berakhirnya suatu adegan atau suatu
acara.
5. Lighting
Director
Lighting Directorbertanggungjawab
terhadap keberhasilan tata cahaya di studio baik secara artistik maupun membuat
keadaan natural sesuai dengan tuntutan naskah.
6. Audio
Technician(Penata Suara)
Penata Suara
yaitu petugas teknisi
yang mempunyai profesi
khusus mengatur perimbangan suara
dari berbagai sumber,
dengan jalan melakukan
perekayasaan dalam penempatan mikrofon dan mengatur level suara melalui
peralatan audio system.
7. Switcher
Switcherbertugas untuk pergantian
gambar baik atas permintaan Pengarah Acara atau sesuai dengan shooting scriptyang telah disusun
sebelumnya.
8. Editor(Penyunting
/ Pemadu Gambar)
Editor bertugas untuk
menyeleksi, memadukan gambar
dan suara sesuai dengan
naskah atau shooting script,
agar gambar dan
suara menjadi sinkron dan
menjadi suatu paket
acara siaran sesuai
dengan yang di kehendaki oleh naskah.
9. Camera
Operator
Camera Operatoradalah orang
yang mengoperasikan kamera
guna menghasilkan gambar sesuai
dengan perintah Pengarah
Acara atau tuntutan
shooting script.
Itu sebabnya seorang kamerawan
adalah tangan kanan
Pengarah Acara, karena harus
selalu berhubungan agar
memudahkan untuk menginterpretasikan rasa seni yang dimiliki oleh seorang Pengarah
Acara. Seorang kamerawan harus mempunyai rasa seni, terutama seni komposisi
gambar.
3.6 Penghargaan TVRI Jawa Timur
Beberapa
penghargaan yang pernah diraih oleh TVRI Jawa Timur ditunjukkan pada Tabel 3.1
yaitusebagai berikut:
Sumber
: Elen Kristiani (2010)
3.7 Logo TVRI Jawa Timur
Sejak
didirikan TVRI Jawa Timur sampai dengan saat ini telah dilakukan beberapa kali
pergantian logo seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3 yaitu sebagai berikut :
3.8 Peta Lokasi TVRI Jawa Timur
TVRI
Jawa Timur Stasiun televisi yang dibangun diSurabaya, Indonesia. Alamat dari
TVRI Jawa Timur yaitu Jl.Mayjen Sungkono 124 Surabaya 60189 East Java,
Indonesia. Pada gambar 3.4 adalah alamat TVRI Jawa Timur :
Sumber
: Google Maps (2015)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Proses Produksi Berita TVRI Jawa Timur
Proses penyiaran berita
cukup rumit. Hal ini disebabkan tim yang terlibat cukup banyak. Reporter, juru
kamera (lightingman) maupun juru suara (soundman) biasanya adalah kerabat kerja
yang ditugaskan dilapangan untuk meliput berita. Para kerabat kerja yang telah
berhasil meliput suatu peristiwa berbobot berita disuatu tempat itu belum
selesai, mereka harus bekerja untuk memprosesnya lagi setelah berada di studio.
Reporter adalah seorang Produser bagi produksi acara berita yang di liput,
reporter jugalah yang bertanggung jawab untuk memproses hasil liputan tersebut
sekembalinya ke studio dari tempat liputan.
Pada tahap awal, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan
oleh reporter untuk mengolah hasil liputan. Pendekatan pertama harus dapat
menyusun atau menulis naskah berita terlebih dahulu. Seorang reporter harus
memiliki bebberapa pertimbangan khusus :
1. Data yang dikumpulkan dilapangan
cukup memadai untuk disusun sebagai sebuah berita.
2. Gambar visual yang direkam oleh juru
kamera cukup banyak sehingga dapat memnuhi durasi untuk berita yang akan
disusun oleh reporter. Juru kamera akan membuat Shots List Reporter akan dapat
mengetahui gambar apa yang akan memvisualisasikan komentar berita tersebut.
Setelah dua pertimbangan tersebut, maka reporter sudah dapat
memulai untuk menyusun berita yang sudah diliput. Mengenai durasi lebih baik
dibuat oleh reporter, ini perlu dikoordinasikan dengan editor-in-chief atau
kepala redaksi, sesuai dengan kebutuhan secara total dari durasi bulletin berita.
Biasanya sebuah berita 1 hingga 2,30menit.
Pendekatan kedua adalah mendampingi tipe editor atau
penyunting gambar untuk menyunting gambar hasil liputan di lapangan.
Sebenarnya, penyunting gambar dapat bekerja sendiri, tanpa haris didampingi
oleh reporter. Tetapi perlunya reporter mendampingi penyunting gambar, maka
tidak menuntut kemungkinan bahwa alur berita yang disusun oleh reporter
tersebut tidak sesuai atau “jumping”. Yakni apa yang diuraikan oleh reporter
kedalam naskah berita disisipi soundbite yang isinya tidak sesuai dengan
perihal yang diungkapkan di dalam komentar.
Dalam proses produksi ini, TVRI Jawa Timur menggunakan
Pinnacle Studio untuk mengedit berita. Berikut adalah gambaran software
Pinnacle ditunnjukkan pada Gambar 4.1 :
Sumber
: http://www.computershopper.com/2011
4.2 Proses Produksi Berita
4.2.1 Meliput Peristiwa
Reporter TVRI Jawa Timur meliput peristiwa berdasarkan topik
yang dibuat oleh penanggung jawab bagian
pemberitaan. Topik tersebut
ditempel pada papan sebagai
arahan reporter dalam mencari berita. Tidak ada keharusan reporter mengambil topik yang telah
disiapkan karena topik
tersebut hanyalah panduan jika reporter tidak memiliki ide
untuk liputannya.
Reporter
bekerjasama menjadi satu
tim dengan kameraman.
Dalam peliputan media televisi,
keduanya tak terpisahkan
karena komponen tayangan berita adalah
narasi dan gambar.
Sebelum reporter dan
kameraman melakukan liputan, keduanya
melakukan diskusi mengenai
informasi yang akan
diliput .Diskusi tersebut berisi
konfirmasi narasumber, lokasi peristiwa, ataupun gambar yang akan
diambil sebagai pelengkap.
Dengan adanya diskusi akan
memudahkan keduanya jika salah
satu hal masih
belum ada kejelasan,
contohnya narasumber tiba - tiba tidak
bisa diwawancara ataupun
terjadi hambatan dalam
pengambilan gambar. Reporter dituntut
bekerja cepat mencari
alternative informasi atau narasumber lain.
Reporter harus memiliki banyak
link dengan narasumber baik di pemerintahan
maupun masyarakat umum.
Hal ini akan
memudahkan jika sewaktu - waktu
dimintai konfirmasi menanggapi suatu permasalahan.
Dalam sehari reporter
dituntut untuk meliput dua
informasi yang akan dijadikan berita. Hal tersebut berkenaan dengan target
siaran TVRI Yogyakarta yakni 14 hingga
16 item berita. Berita dapat dicari dimana saja namun ada beberapa tempat
yang bisa dijadikan
alternative, salah satunya
di gedung anggota
dewan karena ada agenda rutin yang terpasang serta materi bahasannya.
Reporter dapat memperluas jaringan dengan
wartawan media lain
karena dapat membantu jika
terjadi kekurangan data
atau saling mengkonfirmasi ketika ada
informasi yang diliput.
Reporter TVRI Jogja mendapat hak istimewa dalam melakukan peliputan di ruang publik.
Karena kredibilitasnya sebagai stasiun
milik pemerintah serta kedisiplinan
kode etik jurnalistik, narasumber dari pihak pemerintah akan mudah
untuk dimintai konfirmasi.
Reporter harus menyusun
pertanyaan yang akan diajukan serta
memahami benar informasi yang
akan diliput. Hal
tersebut untuk memudahkan
reporter mengembangkan pertanyaan. Untuk
menambah pengetahuan tentang topik yang akan diliput bisa melalui
browsing di internet ataupun membaca Koran. Ketika dihadapkan dengan liputan
tiba - tiba, contohnya kecelakaan, pemboman, penangkapan bandar
narkoba, dan lainnya,
reporter harus sigap
menyusun pertanyaan, serta mencari narasumber yang berkompeten.
4.2.2 Menentukan Narasumber dan Melakukan Wawancara
Dalam menggali informasi
dibutuhkan narasumber sebagai
penguat dan saksi mata.
Narasumber bisa dari korban, pelaku,
keluarga, tetangga yang melihat langsung
ataupun berkompeten dimintai
konfirmasi. Narasumber juga
bisa dari para ahli ataupun
masyarakat yang menanggapi masalah
tersebut. Reporter harus menguasai
teknik wawancara. Sebuah
wawancara harus berlangsung terarah
dan tepat sehingga
informasi yang dibutuhkan
dapat keluar dari narasumber
secara maksimal. Reporter
selaku pewawancara harus
mampu mengembangkan
pertanyaan dari jawaban
narasumber. Jika narasumber
keluar dari arah pertanyaan,
reporter diperbolehkan mengulangi
pertanyaan. Namun seorang reporter
tidak diperbolehkan terlalu
sibuk dengan pertanyaannya
dan terkesan overacting. Hal
tersebut akan menghilangkan sudut balance dari sebuah informasi.
Manfaat
dilakukan sebuah wawancara
adalah penonton secara psikologis dapat merasakan
dan memahami permasalahan yang
ada dengan melihat langsung wajah narasumber. Reporter harus mampu mengambil
moment dimana orang yang
diwawancarai mengeluarkan jiwanya dan mampu memberikan dampak dramatis.
4.2.3 Pengambilan Gambar
Setelah
melakukan wawancara dan
melengkapi data, reporter berdiskusi dengan kameraman tentang gambar yang dibutuhkan. Reporter menjadi produser di
lapangan dan kameraman
sebagai sutradaranya. Dalam
pengambilan gambar reporter dituntut
untuk secara jelas
mengarahkan gambar yang dibutuhkan. Jika terjadi
kekurangan gambar, dapat
ditambah dengan gambar
lain dari data sebelumnya
yang berhubungan dengan
tetap mencantumkan tanggal
gambar diambil.
4.2.4 Penulisan Naskah Berita
Kegiatan yang dilakukan
setelah melakukan peliputan
adalah menulis naskah. Dalam
penulisan naskah, terbagi
atas tiga bagian
yaitu lead / intro berita, badan
berita, dan penutup.
A.
Intro atau Lead
Merupakan rangkuman
dari seluruh unsure terpenting
dari suatu berita.
Pada bagian inilah
reporter harus memuat
fakta yang penting yang
sebisa mungkin mengandung
unsur 5 W,
yaitu what, where, when, why,
who. Intro berfungsi untuk menarik
perhatian penonton agar menyimak berita tersebut dari awal hingga selesai.
B.
Badan Berita
Merupakan rangkaian
penjabaran dari lead
yang ada. Narasi pada badan
berita harus dibuat
secara berurutan. Hal
tersebut bertujuan agar berita
yang disajikan mudah
di pahami penonton.
Dalam menulisbadan berita struktur
penceritaan berita tidak
meloncat -loncat. Setiap perkembangan fakta atau
informasi harus diselesaikan
sesuai alurnya baru setelah itu
pindah ke alur berikutnya.
C.
Penutup Berita (Ending)
Untuk membuat
ending sebuah berita, reporter harus mengacu kepada intro atau lead yang telah dibuat.
Penutupan harus terkait dengan awal
cerita guna menjaga
keutuhan cerita. Penutup
berita harus disajikan secara
baik, tajam, tegas,
dan kuat sehingga berita yang
disajikan dapat dipahami secara keseluruhan.
4.2.5 Dubbing
Mengisi suara (dubbing) untuk paket
reporter (cut spot) dapat dilakukan dengan dua cara.
Cara
yang pertama adalah dengan merekam suara reporter terlebih dahulu sebelum
menyunting gambar dimulai.Tahapannya adalah setelah naskah selesai disusun oleh
reporter lalu diserahkan kepada editor-in-chief
(kepala redaksi) untuk dikoreksi.Setelah itu, reporter, redaktur, atau writer
(penulis) menulis naskah yang telah diperbaiki (rewriting) dan naskah pun siap untuk dibacakan.Reporter seringkali
juga diminta menyiapkan pita kaset untuk merekam suaranya.Jika semuanya suah
siap semua, reporter menuju ruang penyuntingan gambar dan minta kepada mereka
untuk menyiapkan rekaman suara melalui pita kaset yang sudah disediakan oleh
reporter.Apabila tahap ini selesai, reporter bisa meminta kepada penyunting
gambar tersebut untuk menyunting gambar hasil liputan sebagi visualisasi dari
komentar reporter yang baru saja direkam. Langkah ini akanlebih baik, karena
suntingan gambar, akan dapat menyesuaikan isi berita yang baru saja direkam
oleh reporter tersebut. Jika tidak sesuai, maka sebaiknya juru kamera membuat shot list yang beisikan jenis jenis shot
dan uraian kegiatan yang berhasil direkam. Jika dibuat skema, maka tahapan
kerja tersebut menjadi sebagai berikut. Cara yang kedua yakni dengan merekam
suara secara langsung pada gambar yang sudah disunting kemudian membuat naskah
komentarnya. Jika langkah kedua ini yang ingin ditempuh, maka ia hanya baru
bisa mengisi suara (voicing over atau
dubbing) setelah naskah dikoreksi
oleh editor-in-chief dan gambar yang
telah selesai disunting. Untuk selanjutnya proses perekaman sama dengan proses
pertama yaitu ditangani oleh penyunting gambar. Jadi sekali lagi cara kedua
inimemiliki kelemahan, terutama dalam hal sinkronisasi antara gambar dan
komentar, demikian terhadap durasinya.
4.2.6 Unsur Grafik Dalam Berita
Grafik dapat
dimanfaatkan sebagai bagian dalam penyajian berita. Pemakaian grafik sebagai
nuansa lain dalam memberikani nuansa lain dalam memberikan ilistrasi penyajian gambar
adalah ide yang baik. Pemirsa seringkali merasa bosan dengan selalu melihat
gambar-gambar orisinal bergerak dalam visualisasi berita. Penempatan grafik
apakah dalam bentuk membuat penyajian jauh lebih menarik daripada hanya terdiri
dari gambar utama saja. Grafik dapat membantu menjelaskan fakta yang
divisualkan pada saat yang bersamaan sama halnya dengan naskah komentar saat
menguraikan peristiwa. Salah satu hal yang perlu diingat apabila kita
menggunakan grafik yaitu biarkan tulisan tersebut berada agak alam dilayar
untuk memberikan kesempatan pemirsa membaca hingga seluruhnya terbaca dalam
kecepatan sedang.
Artinya kecepatan
membaca yang diperkirakan dapat dilakukan oleh sebagian besar pemirsa adalah
patokan lamanya sebuah tulisan berada pada layar televisi. Hal lain yang perlu
diingat adalah komentar yang ditulis reporetr tidak boleh lagi melakukan
pengulangan terhadap apa yang sudah ditulis dalam grafis, kecuali memberiakn
ulasan yang lebih bersifat umum untuk memberikan kesempatan membaca grafis kepada
pemirsa. Gambar-gambar dokumentasi juga dapat dimanfaatkan sebagai background
sejauh masih memiliki ketertkaitan dengan berita yang sedang disunting.
4.3 Teknik Siaran TVRI Jawa Timur
4.3.1 Teknik Siaran Langsung (On Air)
Siaran
langsung dapat dilakukan didalam studio maupun di luar studio. Siaran di dalam
studio misalnya siaran acara/program talk show, dialog dan sebagainya. Siaran
di luar studio misalnya liputan acara yang sifatnya resmi misalnya acara
kenegaraan seperti upacara 17 Agustus, sidang pleno DPR, pertandingan final
olah raga piala sudirman dan sebagainya. Proram- program siaran langsung
biasanya sangat ditentukan oleh waktu yang tidak dapat diubah dan pada saat itu
juga harus disiarkan ke publik. Berarti antara pengambilan gambar/liputan
dengan penyiarannya bersamaan. Jadi editingnya dilaksanakan secara langsung (on
line) pada studio mini yang diset di lokasi acara berlangsung. Panduan
editingnya menggunakan urutan acara dan EDL (editing dicision list) yang dibuat
oleh editor. Liputan seperti ini biasanya berbentuk laporan pandangan mata oleh
reporter TV.
Teknik siaran
langsung di dalam studio dapat dijelaskan seperti pada gambar 4.2 ilustrasi
berikut ini.
Sedangkan teknik
siaran langsung di luar studio dapat dijelaskan seperti gambar 4.3 ilustrasi
berikut ini:
Sumber : Jogie (2010)
4.3.2 Teknik Siaran Tidak Langsung (off air)
Siaran tidak langsung terjadi antara
pengambilan gambar/liputan dengan penyiarannya ada tenggang waktu, sehingga ada
kesempatan menyiapkan program lebih baik melalui proses editing. Dengan
demikian liputan yang dilakukan adalah pengambilan materi siaran yang
selanjutnya dikirim ke editor untuk dilakukan editing program. Setelah rekaman
program diedit dan sudah menjadi kaset video program atau dalam bentuk lain,
maka pada waktu akan disiarkan kaset tersebut disiapkan di studio pengendali
dan diputar kembali. Keluaran audio dan videonya disalurkan ke pesawat pemancar
untuk dipancarkan melalui antena. Dari antena dipancarkan dan diterima dan
dipancarkan stasiun bumi ke satelit lalu dipancarkan ke bumi kembali dan
diterima stasiun relay untuk dipancarkan ke rumah-rumah penduduk di wilayahnya.
Sebagai contoh rekaman program sinetrom, drama, sepak bola yang siarannya
ditunda, berita, kuis, dan sebagainya.
Teknik siaran tidak langsung dapat
dijelaskan seperti gambar 4.4 ilustrasi berikut ini:
Sumber : Jogie (2010)
4.4 Prosedur Pengoperasian
Yang
paling utama dari prosedur pengoperasian adalah keruntutan dan kesinambungan
dari program siaran. Sehingga tidak sampai ada jeda gambar tayangan yang
disiarkan ke pemirsa. Suatu hal yang tidak baik bila pemirsa disuguhi dengan
frame kosong apalagi terus muncul caption yang berbunyi ” maaf siaran terganggu
karena ada kesalahan teknis”. Sungguh ini akan membuat penonton tidak percaya,
menilai kurang profesional dan sebagainya lalu pindah pada stasiun pemancar
yang lain yang berarti meninggalkan stasiun itu. Oleh karena itu program siaran
harus sudah siap sebelum waktu siaran dimulai. Untuk tayangan langsung mungkin
lebih mudah karena sifatnya hanya menayangkan acara yang sedang berlangsung,
sehingga tinggal membuat variasi gambar yang ditayangkan. Hal ini diperlukan
kecermatan bagi sutradara untuk memilih gambar mana yang sesuai dari karya
kamerawan yang yang satu dengan yang lain atas instruksi sang sutradara atau
improvisasi kamerawan itu sendiri. Semua gambar yang ditayangkan akan direkam
di VTR sebagai arsip tayangan program yang sewaktu-waktu bisa ditayangkan
kembali atau menjadi bahan untuk program pengembangan menjadi program sajian
baru yang lebih menarik. Setelah siap program tayangan sutradara tinggal
memberi perintah kepada operator pemancar maupun switcher/VTR untuk on air.
Setelah itu siaran harus berlangsung tidak terputus dari program yang satu ke
program yang lain sampai pada akhir program ditutup oleh presenter atau penyiar
dan muncul gambar cue penutup dan musik tune sebagai tanda pemancar segera off
air.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pilihan program tayangan televisi
menentukan arah pengaruh positif atau negatif seluruh pemirsa pada umumnya dan
generasi muda pada khususnya. Karena itu perlu adanya usaha yang sengaja untuk
mendidik masyarakat (termasuk murid, guru dan orang tua murid) agar dapat
secara selektif menerima pesan-pesan media massa yang mereka terima. Oleh
karena itu, peranan para ahli dari berbagai disiplin ilmu (seperti psikologi,
ahli kebudayaan, ahli pendidikan, ahli hukum) sangat diperlukan untuk
menyeleksi program-program tayangan televisi.
5.2 Saran
Untuk mengembangan lebih lanjut maka
penulis memberikan saran pada TVRI Jawa Timur, yaitu
:
1.
Sebaiknya dilakukan perawatan dan pengecekan
terhadap alat-alat jaringan yang mendukung produksi berita.
2.
Sebaiknya sistem pengkabelan audio dan
video lebih ditata dengan rapi dan dipasang secara permanen sehingga tidak
sering terjadi kerusakan pada kabel tersebut.
3. Ruang
server IT dan ruang Master control ditempatkan pada satu ruangan ataupun dengan
jarak yang lebih dekat agar lebih efektif dan efisien dalam hal pengontolan
daya dan peralatan.
DAFTAR PUSTAKA
A, W. J. (2013, Januari 12). Proses Produksi
Berita di TVRI Stasiun Yogyakarta. Dipetik September 13, 2015, dari
DocSlide: http://www.slideshare.net/ucilwistau/laporan-kkl-wahid-98
Jogie. (2010, Juni 17). Penyiaran TV. Dipetik September 19, 2015,
dari Jogie Berbagie: https://jogie.wordpress.com/hang-tuah/modul-pelajaran/smk-broadcasting/penyiaran-tv-lanjutan/
Kuswati, H. (2014). Perencanaan dan Produksi Program Televisi Pendidikan
di Televisi Edukasi. Jurnal Komunikologi , 85.
Maulana, A. (2015, Juli 12). Sistem Penayangan Berita di TVRI Jatim.
Dipetik September 03, 2015, dari DocSlide:
http://dokumen.tips/documents/laporan-kkl-sistem-an-berita-tvri.html
Morissan. (2008). Perencanaan Produksi Berita Di MTA TV. Jurnalistik
Televisi Mutakhir , 51.
Setyobudi, C. (2012). PROSES PRODUKSI PROGRAM TALK SHOW “REDAKSI 8” PADA
TELEVISI LOKAL TEPIAN TV SAMARINDA. Journal Ilmu Komunikasi , 55.
Identitas Pribadi :
1.
Nama
Lengkap : Pipin
Aquarista
2.
Tempat,
Tanggal lahir : Kudus, 05 Juni
1996
3.
NIM :
2013-53-0895
4.
Alamat : Banjarsari
RT 08/02 Kec. Kradenan, Kab. Grobogan
5.
Jenis
Kelamin : Perempuan
6.
Agama : Islam
7.
Semester : 5
8.
Fakultas : Teknik
1 10. Universitas : Universitas Muria Kudus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar